Navigasi

01 January 2009


GRANDIA: Buku 1- Babak 1: Kota Pelabuhan Parm(4)

Bagian Akhir: Inspirasi (Post #005)

Klik di sini untuk mengetahui tentang game Grandia lebih lanjut
Cerita game asli dikarang oleh: Takahiro Hasebe
Disadur dan dikisahkan ulang oleh: William Surya Permana
*CATATAN: Semua cerita ini hanyalah fiktif belaka.

    Hari baru dimulai. Hari ini juga merupakan hari yang cerah. Pagi ini, setelah semua telah terbangun, saya mengajak Sue untuk melihat patung replika mahluk aneh yang ada di lantai teratas rumahku. Menurut ayahku, ini adalah patung dari peradaban Angelou. Karena melihat patung replika itu kembali, saya menjadi semakin bersemangat untuk mengikuti jejak ayah sebagai peneliti peradaban Angelou, dan melihat karya asli Angelou.
    Mengetahui rasa penasaranku yang semakin berkembang, pagi itu, ibuku memberi saya sebuat batu yang ia sebut sebagai Batu Spirit, yang telah dititipkan ayah padanya untuk diberikan padaku. Ayah berpesan agar batu itu diserahkan saat saya beranjak dewasa sebagai pelindung. Mungkin memang ini lah saat yang tepat bagi saya untuk memenuhi segala kehausan akan pengetahuan peradaban Angelou ini.

***

    Sebagai referensi yang terdekat, saya berkunjung ke Museum Baal, masih di kota yang sama. Dalam perjalanan, saya benar-benar bersyukur karena Gantz sudah tidak mengejar lagi. Di museum satu-satunya di Parm ini, saya menemukan patung besar peninggalan peradaban Angelou. Kurator di sana dengan bangga mempersilakan saya untuk melihat patung, yang telah ia susun dari serpihan-serpihan selama berbulan-bulan, tersebut.
    Setelah mengantarkan saya, kurator tersebut kembali ke kantor karena ada kesibukan. Karena tak ada siapa pun dan karena rasa penasaran, saya mendekati dan menyentuh patung itu. Dan..., braaak. Ternyata patung itu betapa rapuh dan saya menumbangkannya dengan tak sengaja. Saya tentu menjadi panik, dan berusaha menyusunnya kembali. Namun malah, bentuk patung tersebut menjadi tak keruan. Setelah itu, saya kabur dari museum itu...
    Namun, Sue yang entah-tahu-dari-mana mengetahui hal tersebut, mende- sak saya untuk mengakui rusaknya patung tersebut ke kantor museum. Tidak dapat berkata tidak pada Sue, saya pun ke kantor bersama Sue untuk menceritakan hal ini. Sang kurator malah tak percaya dan menganggapnya sebagai candaan.
    Pada kesempatan ini, saya juga mengajukan keinginan saya untuk dapat melihat langsung peradaban Angelou. Kurator, yang belum tahu apa yang sebenarnya saya telah lakukan pada patungnya, dengan sukarela memberikan surat izin pengantar agar saya dapat memasuki area Reruntuhan Sult, yang berada di ujung Jalan Marna. Justin dan Sue berterima kasih lalu keluar dari Museum Baal. Setelah itu terdengar suara jeritan dari dalam museum. Pasti karena sang kurator telah mengetahui akan patungnya yang telah hancur.
     Dari sinilah, pertualangan kami menelusuri peradaban Angelou dimulai...

(bersambung...)

Baca terus kisah saya selanjutnya di
http://william-s-p--zr.blogspot.com!

Selanjutnya dalam Grandia: Buku 1 - Babak 2: Jalan Marna (1 bagian)


FINAL FANTASY X: 1: Zanarkand

,__
|__ inal Fantasy X /----------------------------------------------------------o
| ---------o----------\ Zanarkand (Post #001)                                      |
                              \--------------------------------------------------------o

    Final Fantasy X bercerita tentang seorang lelaki muda bernama Tidus. Tidus adalah seorang pemain Blitzball yang sedang naik daun, terlihat dari banyak-nya orang dan anak-anak yang meinginkan tanda tangannya. Cerita bermula dari suatu malam yang merupakan permainan akbar baginya, dengan banyaknya hadirin yang ada di sana. Ini adalah Pertandingan Pengingatan akan Jecht, sepuluh tahun setelah ia menghilang. Jecht dulunya adalah pemain Blitzball terbaik yang pernah ada, namun dia menghilang secara misterius sepuluh tahun lalu. Tidus merupakan anak dari Jecht, hidup dalam bayang-bayangnya. Seperti yang diberitakan, Jecht bukan hanya sosok di dunia hiburan, tetapi memiliki makna lebih bagi banyak orang sehingga ia diperingati dan namanya digunakan sebagai nama pertandingan.

    Sesaat lagi permainan akan dimulai. Blitzball adalah sebuah permainan yang dimainkan seluruhnya dalam air. Para pemainnya sudah berlatih keras untuk menahan napas mereka sepanjang permainan olah raga ini. Di kedua sisi terdapat net segitiga dimana bola harus dimasukan ke dalamnya untuk mendapat nilai. Sangat mirip dengan sepak bola, namun bola dapat di-pass dengan tangan, dan tentu saja ini di dalam air. Saat bermain, ketika Tidus ingin menyerang, terlihat gelombang besar menghantam. Semua orang menjadi panik. Tidus terjatuh dari bola air raksasa ini, namun ia masih selamat.

    Setelah itu Tidus terbangun dan bertemu dengan sosok aneh bernama Auron. Bagaimana pun juga, hubungan antara mereka masih belum jelas. Auron mengatakan bahwa ia telah menunggu Tidus. Lalu mereka berdua mencari jalan keluar. Tiba-tiba saja di tengah langin muncul lah sesuatu yang benar-benar besar, yang Auron sebut sebagai 'Dosa'. Ia melepaskan kelopak-kelopaknya satu demi satu di seluruh penjuru kota sehingga kota dipenuhi dengan monster dari kelopak 'Dosa' itu. Tidus dan Auron berhasil melewati monster-monster ini. Setelah itu, Tidus kini memakai pedang baru yang diberikan oleh Auron.

    Tak lama setelah itu, mereka menemukan jalan mereka dihalangi oleh keturunan baru yang disebut Telur 'Dosa'. Menghancurkan telur ini akan mendatangkan mahluk-mahluk kecil yang tak terhitung. Maka Auron mendapat gagasan untuk menumbangkan sebuah bangunan dengan peledak dan mengenai mahluk itu. Ia pun melakukannya sehingga tempat mereka berpijak pun goyah dan terjatuh. Tidus kini berusaha bergantung di reruntuhan itu. Auron hanya mengatakan 'Ini adalah kisahmu!' sebelum mereka berdua terhisap ke dalam kehampaan.

(bersambung...)


GRANDIA: Buku 1- Babak 1: Kota Pelabuhan Parm(3)

Bagian Tengah: Kerja Sama dengan Lawan (Post #004)

Klik di sini untuk mengetahui tentang game Grandia lebih lanjut
Cerita game asli dikarang oleh: Takahiro Hasebe
Disadur dan dikisahkan ulang oleh: William Surya Permana
*CATATAN: Semua cerita ini hanyalah fiktif belaka.

    Tak sengaja kami melintasi depan kafe, dan kami bertemu dengan anak kecil yang sedang menangis. Karena saya ini adalah orang yang peduli dengan sesama ^.^, saya menghampirinya dan menanyakan ada apa. Mengejutkan! Ternyata anak itu adalah bawahan Gantz yang telah menghilangkan kunci kotak harta Gantz. Anak itu juga bercerita bahwa Gantz akan menghukungnya jika ia sampai tahu akan hal ini. Ternyata, malah anak ini malah memintaku untuk menemukan kunci tersebut. Wah, alangkah beruntungnya kami!
    Dengan sedikit kelicikan, saya membuat perjanjian, di mana bila saya menemukan kunci tersebut, saya diperbolehkan untuk meminjamnya sebentar. Walau Gantz sudah berpesan agar jangan memberikan kunci itu pada siapa pun kecuali dirinya sendiri, anak itu tetap saja setuju akan perjanjianku ini. Mungkin ia sadar bahwa hukuman Gantz setelah menghilangkan kunci ini lebih menyakitkan dari pada membantu saya. Licik itu terkadang memang perlu untuk saat-saat seperti ini. Untuk berjaga-jaga saya berpesan pada anak itu bahwa jika Gantz bertanya, bilang saja bahwa saya telah memukuli anak kecil ini dan merebut kunci itu dari padanya.
    Hari sudah menjelang senja. Namun, setidaknya kami sudah memiliki petunjuk akan pedang ini dan bagaimamna cara mendapatkannya. Tetap saja, kami harus berusaha keras untuk menyusuri kota -- kali ini untuk mencari kunci. Tak disangka-sangka, kami malah menemukan kunci yang dimaskud ini tak jauh dari kafe. Kunci tergeletak di tanah di belakang gedung kafe menghadap sungai. Apa yang dilakukan anak kecil ini di tempat sepi seperti ini, ya? Tapi, tak ada waktu untuk memikirkannya. Kami berdua langsung menuju rumah Gantz.
    Akhirnya, tepat sebelum matahari terbenam, kami kembali kepada Gantz. Tentu saja, dengan ke-empat peralatan perang di tangan kami, termasuk pedang yang baru saja kami ambil dari rumahnya. Kau tahu, Pedang Tenaga yang dimaksud tak lebih dari pada pedang berkarat biasa yang membuat tanganku bau. Namun, yang terpenting, pernikahan Gantz dengan temanku, Sue, pun akhirnya batal. Gantz belum tahu mengenai bahwa bawahannya yang telah membantu Justin menemukan peralatan terakhir tersebut. Kini Gantz menjadi sangat kesal pada kami. Padahal saya melakukan hal yang benar, kan? Untuk menghindari amukan Gantz yang terus mengejar kami dari belakang, kami kembali ke rumah saya, Restoran Burung Camar. Lagi pula ini sudah malam.

***

    Tak ada tempat lain senyaman rumah sendiri setelah seharian berkeliling kota... Kami memutuskan baru akan kembali keluar besok pagi. Semoga saja kemarahan Gantz itu sudah mereda besok. Seperti biasa, kami sudah dipersiapkan makanan oleh ibu. Sue juga ikut makan malam bersama kami.
    Selama makan malam, ibu memarahiku karena bermain-main sampai larut malam. Sekali lagi, ibu membuatku malu di depan Sue. Setelah perut kami semua penuh, kami memutuskan untuk tidur ke kamar masing-masing. Kamar saya di lantai atas, sempit dan sedikit berantakan. Rumah saya ini terdiri dari 3 lantai.

(bersambung...)


Akan Datang Selanjutnya ... (3)

Selanjutnya dalam blog ini datang dari segmen cerita!
Tepatnya cerita dari game PS2 'Final Fantasy X' yang terkenal.

Ulasan/Review


Masukilah dunia fantasi di mana seluruh manusia berada dalam ujung kepunahan. Di dalam game Final Fantasy seri baru ini, kita harus menghentikan kekuatan hebat bernama 'Dosa' yang menghancurkan banyak kota dan nyawa. Berperanlah sebagai Tidus--seorang bintang pemain blitzball, dan Yuna--seorang gadis dengan kemampuan untuk memanggil dan menguasai 'aeon'-- spirit kuat dari zaman dahulu. Ini adalah seri Final Fantasy pertama yang menggunakan ekspresi wajah tingkat tinggi. Jelajahilah lautan tak terpetakan dan daratan luas dalam usaha menyelamatkan umat manusia.


dikutip dari Gamefaqs, dengan pengubahan


Cerita 'Final Fantasy X' ini tidak sedetail seperti cerita 'Grandia'. Di sini hanya berupa rangkuman. Untuk lebih jelasnya, silakan mainkan gamenya!

Klik di sini untuk melihat data lebih lanjut tentang game ini.