Navigasi

15 February 2011


Pekerjaan Baru, Kesibukan Baru

Halo, selamat berjumpa kembali di blog 'Isamu no Heya', atau yang sebelumnya dinamai dengan 'Jurnal William Surya Permana'. Blog ini sekarang hadir dengan desain yang baru. Namun sebenarnya ingin diubah lagi dengan navigasi yang dipermudah dengan menambahkan menu navigasi (Beranda, Berita, Sharing, dll) di bagian atas.

Sudah lama sekali saya tidak mengirimkan tulisan baru ke blog ini. Jika tidak salah, sudah satu tahun lebih. Dari membaca kiriman-kiriman yang sebelumnya, mungkin banyak yang berpikiran saya sibuk di Wikipedia. Namun sebenarnya ada pekerjaan lainnya yang membuat saya lebih sibuk dibandingkan pada saat-saat yang lalu. Lewat kiriman kali ini, saya akan membahasnya.

Pengenalan mengenai pekerjaan ini

Pekerjaan yang saya maksud adalah asisten lab di Universitas Bina Nusantara (UBinus), sebuah lowongan yang ditawarkan bagi mahasiswa UBinus untuk mengajar di kelas praktik. Berbeda dengan kelas teori oleh dosen, asisten mengajar berdua-dua di kelas praktik. Adapun pekerjaan yang lain seperti menjaga ujian, membuat soal, memeriksa jawaban mahasiswa maupun mengerjakan TPA — semacam soal lanjutan untuk menguji kemampuan asisten. Nah, dua terakhir itu yang terkadang menjadi beban bagi saya.

Ini merupakan pekerjaan full-time, bekerja 8 jam sehari. Saya sendiri kuliah pukul 7 hingga 11 pagi, lalu bekerja pukul 11 pagi hingga 7 malam. Yah, terkadang cukup melelahkan juga. Namun, di sini kita mendapat gaji bulanan, tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, dan bisa juga ikut rekreasi karyawan. Pekerjaan asisten lab atau Teaching Assistant merupakan bagian dari departemen Software Laboratory Center (SLC) atau dahulunya dikenal dengan Unit Pelaksana Teknis Perangkat Lunak (UPT PL) dalam divisi Operation and Resources Management UBinus.

Masa-masa awal perjalanan saya

Perjalanan saya bergabung dalam asisten lab atau sering disebut juga dengan Bluejack, karena beberapa dari kami mengenakan jaket biru khas angkatan, dimulai ketika saya mendaftar untuk menjadi asisten lab pada awal semester satu saya di UBinus. Itu pun karena diajak teman sekolah saya dahulu, Yovan Alexander. Ternyata, ada banyak juga teman sekelas yang ikut-ikutan mendaftar, termasuk diantaranya adalah Candra Tan dan Evandy Permadi.

Pada awalnya, saya pikir pendaftaran cukup memberikan berkas-berkas seperti Surat Lamaran Kerja dan Data Diri ke sekretariat SLC. Eh, ternyata di sana diharuskan lagi sebuah formulir 5 halaman mulai dari data diri dan orang tua, penghargaan dan keterampilan yang dimiliki, sampai gaji yang diinginkan kelak. Nah, berkat mengisi ini yang memakan waktu, saya ditinggal ikut MF Rally, study tour yang diadakan salah satu UKM saya: Bina Nusantara Computer Club (BNCC) ke Indosat. Padahal sudah bayar dan daftar. Hal ini yang masih cukup saya sesali hingga kini.

Penyeleksian diawali dengan serangkai soal algoritma dan logika yang dikerjakan pada hari Minggu. Soal ini cukup sulit. Saya sendiri tidak bisa membuat program untuk menerima masukkan dalam bahasa C. Namun, tak disangka-sangka, saya berhasil melewati penyeleksian awal ini. Malahan yang mengajak saya lah yang gagal. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, saya maju terus melangkah melewati berbagai wawancara (8-15 Desember), uji psikologi (16 November), penyeleksian dan pelatihan (26 Oktober-9 Desember) yang ada.

Masa-masa pelatihan inti yang menekan

Akhirnya tibalah di pelatihan inti setelah melewati dua tahap penyeleksian sebelumnya. Yang berhasil sampai tahap ini hanyalah 43 orang dari 446 orang yang mendaftar. Saya sudah cukup beruntung dan bersyukur bisa sejauh ini. Berbeda dengan pelatihan di dua tahap sebelumnya (26 Oktober-12 November dan 1-9 Desember) yang hanya 2 kali per minggu, pelatihan yang dimulai sejak 9 Januari 2010 ini berlangsung setiap hari, yang berarti melintasi jadwal Ujian Akhir Semester baik teori maupun praktik.

Pada awalnya, saya cukup bersemangat mengikuti pelatihan ini. Betapa tidak, saya berhasil terpilih hingga saat ini dari sekian banyak pendaftar yang ada. Namun ternyata ada perubahan besar di depan. Sistem pelatihan inti ini begitu berbeda dengan pelatihan yang sebelumnya.  Bila sebelumnya pelatihan cukup menyenangkan, di sini sudah mulai ada tekanan. Di pelatihan sebelumnya, peserta hanya diberikan materi dan mengerjakannya. Sekarang soal-soal itu bertambah. Setiap hari sudah ada soal menanti. Baik itu soal untuk dikerjakan di tempat maupun yang perlu dibawa pulang. Baik soal mandiri maupun untuk yang diselesaikan secara berkelompok.

Yang membedakan lainnya adalah sekarang kita disuruh mengajar. Materi yang baru saja diajarkan akan disuruh dijelaskan lagi di depan mereka, sendiri-sendiri. Istilahnya, presentasi. Jadi, kita disuruh mengajarkan para pelatih kita sendiri yang sudah pasti jauh lebih memahami materi tersebut. Yah, untuk pertama kalinya terkesan aneh. Karena pada saat presentasi kita dipanggil 'kakak' oleh mereka. Namun, bukan hal itu yang membuat tertekan. Suasana yang mencekam saat presentasi lah yang bisa membuat tertekan. Bila kita salah atau tidak bisa menjawab yang mereka tanyakan, mereka akan marah-marah seperti menggebrak meja. Istilahnya, pembantaian. Ada pula yang sampai menangis di saat presentasi.

Selain soal-soal yang semakin banyak maupun presentasi yang mencekam, ada pula tugas untuk membuat yel-yel dan denah semua ruang lab. Itu pun harus diperbaiki berulang kali karena kurang 'mengena' di hati para pelatihdan terkadang melalui komentar yang pedas maupun panjang-lebar. Yang pasti, ini jauh lebih sibuk dan menekan dibandingkan masa-masa pelatihan yang sebelumnya. Dan, terus terang saja berkat pelatihan inti ini, nilai UAS saya menurun jika dibandingkan dengan UTS.

Niat mengundurkan diri

Awalnya memang baik-baik saja. Akhirnya saya merasa cukup tertekan dengan hal ini. Dan pada tanggal 22 Januari (atau 23 lupa soalnya), saya tidak menghadiri pelatihan itu dengan alasan sakit dan berniat untuk keluar dari pelatihan ini. Sudah cukup banyak pula yang sudah menghilang entah ke mana, tidak mengikuti pelatihan lagi dan tanpa kabar. Namun, sesuai dengan peraturan, saya tidak menghilang tanpa kabar. Pada sore harinya, dengan berpakaian bebas (biasanya putih hitam berdasi pada masa pelatihan inti), saya ke sekretariat SLC untuk memberikan kabar.

Sesuai dengan peraturan, saya berniat mengundurkan diri dan membicarakannya dengan pewawancara saya sebelumnya, FY dan HY. Oh ya, di SLC ini setiap karyawan punya inisialnya sendiri-sendiri. Contohnya saja, FY untuk Ferry Yuwono. Namun, ternyata saya kurang beruntung. Mereka berdua sedang tidak ada saat itu. Lalu saya dilayani oleh MA, pengurus pelatihan ini. Dengannya, saya menceritakan keluhan saya, termasuk orang tua yang sebenarnya kurang setuju saya mengikuti pelatihan ini. Tidak banyak yang mengetahui bahwa saya ingin mengundurkan diri, hanya ada AG, pengajar saya di semester satu waktu itu, yang tahu dan kebetulan lewat saat saya berbicara dengan MA. Bahkan mungkin teman-teman seangkatan saya belum mengetahuinya sampai tulisan ini dibuat.

Pada saat itu, MA menyarankan agar saya memikirkan hal ini lagi, karena katanya sayang sudah sejauh ini. Dan mungkin ada yang gagal diterima sejauh ini ternyata bisa lebih bersemangat dari saya. Dia tidak menginginkan kesalahan seleksi terjadi. Akhirnya, dia menyarankan saya untuk mencoba meneruskan mengikuti pelatihan sampai selesai. Bila nanti masih merasa sama saja, bisa dibicarakan nanti. AG juga menyarankan hal serupa. Setelah itu saya kembali ke kos. Ya, mulai dari awal pelatihan ini saya kos. Karena harus hadir dari jam 7 pagi sampai 5 sore. Tidak mungkin bisa pergi-pulang. Karena akan melelahkan dan bisa-bisa tidak bisa lagi mengerjakan tugasnya.

Saat-saat menuju penerimaan

Keesokan harinya, saya kembali mengikuti pelatihan tersebut. Mencoba apa yang disarankan oleh MA. Sepertinya juga tak ada yang tahu niat sebelumnya, jadi saya mengikuti saja pelatihan ini seolah-olah tidak terjadi apa-apa, seolah-olah kemarin saya tidak datang hanya karena sakit.

Hari demi hari saya lalui, mengupayakan apa yang terbaik. Walaupun kenyataannya makin sulit. Para pelatih pun semakin sangar, apalagi saat presentasi Jaringan Komputer. Akhirnya, dengan dukungan semua teman-teman seangkatan saya, saya bisa melalui itu semua. Pelatihan berakhir pada 13 Februari 2010.

15 Februari 2010, saat-saat menuju pembacaan siapa saja yang berhasil diterima sebagai asisten lab dan inisialnya masing-masing yang dilakukan oleh pengelola SLC, Win Ce. Ternyata, pada pagi itu, nama saya disebutkan, dengan inisial WL. Tentunya perjuangan sejauh ini tidak akan disia-siakan. Dengan anggapan, bila saya bisa melewati pelatihan ini, pastinya saya bisa melewati pekerjaan yang selanjutnya.

Hari itu saya beserta 20 orang lainnya menandatangani kontrak pekerjaan untuk dua tahun tersebut sebagai asisten lab. Ya, hanya 21 dari 43 orang peserta pelatihan ini, atau 21 dari 446 orang dari semua pendaftar yang berhasil mendapatkan pekerjaan ini. Sisanya mengundurkan diri atau tidak lolos seleksi. Ya, tepat setahun yang lalu, saya memulai pekerjaan baru saya ini sebagai bagian Bluejack angkatan 10-1 (tahun 2010, gelombang satu).

Selamat Hari Jadi bagi Bluejack 10-1!

Oke, saya rasa itu dahulu yang bisa saya sampaikan saat ini, berhubung sudah cukup malam pula pada saya menulis kiriman ini. Lain kali saya akan berbagi mengenai apa yang terjadi saat acara resmi penerimaan, dan siapa saja keduapuluh teman-teman saya yang berhasil. Sebelumnya, terima kasih pula sudah membaca tulisan yang mungkin paling panjang sejauh ini di blog ini. Berikan pula tanggapan/komentar bila ada sesuatu yang ingin disampaikan. Sampai jumpa lagi nanti.