Navigasi

01 January 2009


GRANDIA: Buku 1- Babak 1: Kota Pelabuhan Parm(3)

Bagian Tengah: Kerja Sama dengan Lawan (Post #004)

Klik di sini untuk mengetahui tentang game Grandia lebih lanjut
Cerita game asli dikarang oleh: Takahiro Hasebe
Disadur dan dikisahkan ulang oleh: William Surya Permana
*CATATAN: Semua cerita ini hanyalah fiktif belaka.

    Tak sengaja kami melintasi depan kafe, dan kami bertemu dengan anak kecil yang sedang menangis. Karena saya ini adalah orang yang peduli dengan sesama ^.^, saya menghampirinya dan menanyakan ada apa. Mengejutkan! Ternyata anak itu adalah bawahan Gantz yang telah menghilangkan kunci kotak harta Gantz. Anak itu juga bercerita bahwa Gantz akan menghukungnya jika ia sampai tahu akan hal ini. Ternyata, malah anak ini malah memintaku untuk menemukan kunci tersebut. Wah, alangkah beruntungnya kami!
    Dengan sedikit kelicikan, saya membuat perjanjian, di mana bila saya menemukan kunci tersebut, saya diperbolehkan untuk meminjamnya sebentar. Walau Gantz sudah berpesan agar jangan memberikan kunci itu pada siapa pun kecuali dirinya sendiri, anak itu tetap saja setuju akan perjanjianku ini. Mungkin ia sadar bahwa hukuman Gantz setelah menghilangkan kunci ini lebih menyakitkan dari pada membantu saya. Licik itu terkadang memang perlu untuk saat-saat seperti ini. Untuk berjaga-jaga saya berpesan pada anak itu bahwa jika Gantz bertanya, bilang saja bahwa saya telah memukuli anak kecil ini dan merebut kunci itu dari padanya.
    Hari sudah menjelang senja. Namun, setidaknya kami sudah memiliki petunjuk akan pedang ini dan bagaimamna cara mendapatkannya. Tetap saja, kami harus berusaha keras untuk menyusuri kota -- kali ini untuk mencari kunci. Tak disangka-sangka, kami malah menemukan kunci yang dimaskud ini tak jauh dari kafe. Kunci tergeletak di tanah di belakang gedung kafe menghadap sungai. Apa yang dilakukan anak kecil ini di tempat sepi seperti ini, ya? Tapi, tak ada waktu untuk memikirkannya. Kami berdua langsung menuju rumah Gantz.
    Akhirnya, tepat sebelum matahari terbenam, kami kembali kepada Gantz. Tentu saja, dengan ke-empat peralatan perang di tangan kami, termasuk pedang yang baru saja kami ambil dari rumahnya. Kau tahu, Pedang Tenaga yang dimaksud tak lebih dari pada pedang berkarat biasa yang membuat tanganku bau. Namun, yang terpenting, pernikahan Gantz dengan temanku, Sue, pun akhirnya batal. Gantz belum tahu mengenai bahwa bawahannya yang telah membantu Justin menemukan peralatan terakhir tersebut. Kini Gantz menjadi sangat kesal pada kami. Padahal saya melakukan hal yang benar, kan? Untuk menghindari amukan Gantz yang terus mengejar kami dari belakang, kami kembali ke rumah saya, Restoran Burung Camar. Lagi pula ini sudah malam.

***

    Tak ada tempat lain senyaman rumah sendiri setelah seharian berkeliling kota... Kami memutuskan baru akan kembali keluar besok pagi. Semoga saja kemarahan Gantz itu sudah mereda besok. Seperti biasa, kami sudah dipersiapkan makanan oleh ibu. Sue juga ikut makan malam bersama kami.
    Selama makan malam, ibu memarahiku karena bermain-main sampai larut malam. Sekali lagi, ibu membuatku malu di depan Sue. Setelah perut kami semua penuh, kami memutuskan untuk tidur ke kamar masing-masing. Kamar saya di lantai atas, sempit dan sedikit berantakan. Rumah saya ini terdiri dari 3 lantai.

(bersambung...)

Kirimkan komentar

Silakan masukan komentar pada kotak teks yang tersedia, lalu klik tombol biru. Periksa kembali secara berkala untuk menemukan balasan terbaru. Anda mungkin tidak menerima notifikasi saat seseorang membalas komentar.